16 October 2008

Don't Ask Why When You Know Why

Why do I feel like such a dumb, when I know that I am a smart?

Why do I think like I’m going to fail, when I know that HE blesses me to success?

Why am I doubt, when I always say “I surrender all”?

Why am I afraid, when I know that I can pass through this?

Why should I think like an idealist, when I know that nothing’s perfect?

Why do I feel so lonely like a single fighter, when I know that I can just fall down on my knee to pray, talk to HIM and feel HIS embrace?

Why should I ask why, when I know why?

11 October 2008

Cried For (No) Reason

Did you ever cry for something that you don’t exactly know? Saya iya. Dan baru semalam pula. Okay, actually, I cried for reasons (plural!!!). Kemarin itu sangat menyenangkan. Saya sama temen saya, Friska, nonton Laskar Pelangi di Blitz. Saya ditraktir makan di My Hanoi House. Book hunting di Gramedia dan Periplus. Jalan ngelilingin MKG 1-5 (bolak-balik, busyet. hehe) sambil ngobrolin banyak hal. Trus makan es krim di Cold Stone juga sambil ngelanjutin obrolan yang kayaknya kagak ada habis2nya. See, I had a fun day. Quite fun. But why the heck I cried?
Semalam saya nonton (lagi) Grey’s Anatomy. Episode tentang bom aktif yang siap meledak kapan aja yang (gilanya!!) ada di dalam body cavity seorang pasien yang lagi sekarat. Dengan amat sangat hati2 bom nya berhasil dikeluarin dari body cavity trus dibawa keluar OR sama ketua bomb squad-nya. Baru beberapa langkah dari OR, tiba2 bom itu meledak ditangan si ketua bomb squad. As you know, he died. Then, I cried.
Saya jadi mikir, gimana kalo ternyata suatu hari saya bangun dan itu adalah hari terakhir saya hidup didunia ini? Gotta tell you, sampai saat ini yang dipikiran saya cuma ada Tuhan yang saya sembah dan kedua orang tua saya. Apa yang udah saya kasih ke mereka? Apa yang udah saya lakukan untuk mereka?
Sampai saat ini aja saya masih depend banget sama orang tua saya. Ada apa2, pasti langsung telpon papa n mama. Mostly for financial things. I’m still jobless, fyi. Orang tua gw adalah kekuatan yang Tuhan kasi buat saya. Udah penat banget rasanya dengan my jobless situation ini. Kalo bukan karna suntikan semangat dari orang tua saya, nggak tau deh bakal gimana saya menghadapi situasi ini.
Saya yakin mereka ngertiin saya bangettttt. And I thank God for that. Untuk orang tua saya, hanya satu yang saya pengenin: liat mereka bahagia menikmati hidup mereka. I believe that’s what every child wants for their parents.
Uh, saya mo nangis lagi nih. Huhuhu. . . Ketahuan penyebab saya tiba2 nangis. Selain hormon keparat, saya juga kangen banget sama orang tua saya!!! Sumpah, saya kangen banget sama papa-mama saya.
Yah, meleleh lagi deh nih.
Udahan ah. . . .